Senin, 27 September 2010

Malaikat di bank

Beberapa tahun yang lalu di wilayah Lower East Side di New York terdapat sebuah shteibel kecil (rumah ibadah kecil). Apabila sepuluh pria berkumpul untuk sembahyang, ruangan itu menjadi cukup untuk berdiri saja. Dahulu ruangan itu merupakan kedai tukang kunci.

Kedai tukang kunci tua itu telah kosong selama bertahun-tahun, sampai Rabbi Seigel pindah ke wilayah pemukiman tersebut dan bertanya kepada pemiliknya apakah ia dapat menggunakan kedai yang kosong itu bagi umatnya dan ibadat keagamaan mereka. Ia berjanji akan mengosongkan segera setelah pemiliknya mendapatkan seorang penyewa. Pemilik itu, Morris Rabinowitz, menyadari bahwa masyarakat Yahudi di pemukimannya membutuhkan tempat untuk berdoa, tetapi saat ini adalah tahun-tahun depresi, dan jemaat tersebut tak mampu mengumpulkan cukup uang untuk menyewa bahkan sebuah ruangan kecil semacam itu.

Tapi, Rabinowitz adalah seorang pria yang baik hati, dan ia mengizinkan orang-orang menggunakan ruangan itu. “Sampai aku mendapatkan seorang penyewa,” katanya mengingatkan mereka, “lalu aku terpaksa meminta kalian untuk pergi. Aku pun perlu mencari nafkah.” Dan begitulah selama bertahun-tahun kemudian, ruangan itu tetap tidak disewakan, dan jemaat tersebut berkumpul disitu setiap pagi dan sore untuk berdoa.

Rabinowitz itu memiliki hati yang baik, dan suka menolong orang lain. Celakanya, tahun-tahun depresi itu tidak begitu ramah terhadap Rabinowitz. Ia kehilangan sebagian besar harta rumah dan pekarangan yang dimilikinya; hanya beberapa saja yang tertinggal, termasuk shteibel kecil itu.

Ia tinggal sendirian, dengan penghasilan yang amat sedikit. Pada suatu hari, istri sahabat lamanya mendatangi Rabinowitz untuk menjelaskan bahwa anak laki-lakinya telah ditangkap dan bahwa dia membutuhkan $300 untuk menyewa pengacara.

Maukah ia menolongnya? Rabinowitz pergi ke banknya dan menanyakan saldonya kepada kasir muda itu. Ia mempunyai $532. Ia menarik $300 dan membawanya kepada wanita itu. Wanita itu mengucap syukur kepadanya dan berjanji untuk membayarnya kembali segera setelah ia mampu membayarnya. Rabinowitz tersenyum dan berkata “Dengarlah, kalau kau mendapatkannya kau baru akan mengembalikannya kepadaku. Bukan sebelumnya.”

Beberapa bulan kemudian, sahabat yang lain mendekati Rabinowitz dan bertanya apakah ia dapat meminjamkan $500 untuk perkawinan putrinya. Rabinowitz mengatakan ia tidak mempunyai uang sebanyak itu, tetapi ia akan sangat gembira memberikan apa yang dimilikinya.

Ia bergegas ke bank itu, mengisi formulir penarikan, dan menyampaikannya kepada kasir, “Anda adalah kasir favoritku,” katanya kepada gadis muda itu. “Anda lihat, aku betul-betul butuh $500 untuk menolong Rosen, tetapi berikanlah aku berapa saja yang tersisa di rekeningku,” katanya dengan ramah.

Gadis muda itu membalas tersenyum dan berkata, “Tuan Rabinowitz, Anda memiliki $5.532 di rekening Anda.” “Itu mustahil!” serunya. Gadis itu memeriksa rekeningnya lagi dan berkata, “Benar, saya tidak bohong. Anda memiliki $5.532 dalam rekening Anda.” “Oke, kalau begitu berikan aku $500 yang diperlukan Rosen untuk pernikahan putrinya” kata Rabinowitz. Kasir itu menyerahkan uang tersebut kepadanya, dan Rabinowitz pergi, masih amat bingung. Ketika berjalan, ia berpikir sendiri, “Barangkali Tuhan yang baik hati telah membuka buku-buku mereka dengan paksa agar aku dapat memiliki cukup banyak uang untuk Rosen.

“Siapakah aku ini sampai mau mempertanyakan jalan-jalan Tuhan?” Beberapa minggu kemudian, Rabbi dari shteibel kecil itu dating kepada Rabinowitz. “Morris, aku tahu segala sesuatunya tidak berjalan begitu baik bagimu akhir-akhir ini, tetapi kami sangat membutuhkan uang. Kau tahu keluarga Golberg yang tinggal di sudut seberang toko bahan makanan itu? Anak mereka harus segera dioperasi. Dapatkah kau meminjamkan kurang lebih $5000 kepada mereka untuk menyelamatkan nyawa anak mereka?”

Rabinowitz melenguh (termenung). “Aku tidak mempunyai uang $5000, tetapi aku akan memberimu apa saja yang aku miliki, demi menyelamatkan nyawa seorang anak; apa lagi yang lebih penting dari ini?” Sekali lagi Rabinowitz pergi ke bank. Ia memberikan lembar penarikan kepada kasir favoritnya untuk menutup rekeningnya. “Anda tidak harus menutup rekening Anda apabila Anda menghendaki $5000, Tuan Rabinowitz. Anda mempunyai $10,000 di rekening Anda.” “Sepuluh ribu dolar! Aku sudah berminggu-minggu tidak menabung!” teriak Rabinowitz. Gadis itu memeriksa ulang dan tersenyum.

“Anda memang mempunyai $10.000 di rekening Anda.” “Apakah Anda yakin? Aku tidak ingin Bank ini mengejar-ngejar aku untuk mendapatkan uang itu.” Gadis itu memeriksa lagi dan bahkan menelepon manajer Bank tersebut. Ia menegaskan bahwa rekening itu berisi $10,000. Gadis itu memberi Rabinowitz sebuah cek bank seharga $5000, dan ia membawanya ke shteibel dan menyerahkan cek itu kepada Rabbi. Tetapi Rabinowitz tidak pernah mengatakan sepatah kata pun bagaimana uang itu bisa bertambah banyak di rekeningnya.

Dan begitulah sepanjang hidupnya. Rabinowitz yang tidak mempunyai keluarga terus melakukan mukjizat kecil di pemukiman tersebut, bukan untuk dirinya sendiri. Tahun-tahun berlalu dan ia pun menjadi rapuh. Gadis muda yang mas kawinnya dibayar Rabinowitz itu merawatnya. Anak muda yang pernah membutuhkan operasi untuk menyelamatkan nyawanya, sekarang menjadi seorang bankir kaya yang mengusahakan apa saja yang dibutuhkan Rabinowitz agar tidak kekurangan sesuatu. Gedung yang menjadi tempat shteibel itu diberikan kepada Rabbi, yang dengan bantuan Rabinowitz, berhasil menghimpun cukup banyak uang untuk mengubah gedung itu menjadi sebuah sinagoga yang indah dimana kaum beriman dapat berdoa setiap pagi dan malam. Jadi hidup Rabinowitz berakhirlah. Dan bagaimana misteri rekening bank yang bertambah itu?

Gadis muda yang menjadi kasir favorit itu adalah putrid seorang pria yang dahulu pernah menghadapi kesulitan keuangan yang serius. Pria itu mengusahakan uangnya dengan bijaksana dan hasilnya lebih banyak daripada yang diperlukannya. Ketika ia menyadari bahwa putrinya bekerja di bank dimana rekening Rabinowitz berada, ia mempunyai ide mendepositokan satu juta dolar di bank tersebut dengan perintah pada putrinya untuk mengusahakan agar rekening Rabinowitz senantiasa tersedia bagi keperluan apa saja yang diminta oleh Rabinowitz.

Rabinowitz meninggal dunia tanpa pernah mengetahui salah satu dari hal ini. Ia menganggap kasir muda itu sebagai seorang malaikat yang menyamar, dikirim untuk memberkati seorang pria sengsara ketika ia memberkati orang lain.

Diceritakan kembali oleh Arnold Fine
Sumber: Sentuhan 9 menit, edisi 2. By Anthony Harton

“Setiap perbuatan baik yang kita lakukan dengan tulus kepada sesama adalah tabungan untuk diri kita sendiri, karena Tuhan tidak pernah berhutang kepada umat-Nya.”
rton

Tidak ada komentar:

Posting Komentar